“Rugi rasanya mereka menyia-nyiakanmu.
Rugi rasanya mereka menelantarkanmu”.
Kamu adalah salah satu dari ribuan orang yang berharga di
bumi. Kamu sangat berharga sehingga aku ingin menjagamu. Dengan fisikmu yang
proporsional, ditambah nilai plus
dari sikap dan sifatmu yang baik, kamupun kujadikan nominasi lelaki idamanku.
Cinta memang bukan
prioritas utamaku, tapi harus ku akui kamulah yang menjadi inspirasiku. Semua
hal kutujukan padamu. Sedang apa aku, bersama siapa aku, semuanya kubayangkan
bila bersamamu. Kamu menyemangatiku secara tak langsung. Membuat segala yang
kukerjakan terasa mudah dan ringan.
Kerap kali aku bertanya,
tidak menyesalkah mereka meninggalkanmu? Sedang aku disini sangat ingin
bersamamu. Tak rugikah mereka mencampakkanmu? Sedang aku ingin melindungimu.
Bagaimana perasaanmu? Tak lelahkah kamu dengan cinta semu dari segelintir
wanita abstrak?
Kamu memang tidak sempurna. Tapi aku tahu kamu mencoba untuk
sempurna. Sebagai pengamatmu dari jauh, aku tahu apa saja yang kamu lakukan
demi membuat wanitamu bahagia. Kamu berusaha membuat kekasihmu tertawa saat ia
kesal padamu. Kamu berusaha meminta maaf dengan tulus saat terjadi
kesalahpahaman kecil antara kalian. Kamu berusaha meluangkan waktu di tengah
sibuknya harimu saat itu. Tiap perhatian kecilmu membuatku bergidik ketika
kubayangkan bahwa akulah wanitamu itu.
Tapi akupun tahu apa yang
kamu dapatkan dari usahamu.
Kekasihmu hanya menatapmu
heran, geram dan seakan menganggapmu aneh. Ia melihatmu inci demi inci kemudian
pergi meninggalkanmu. Aku tahu kamu punya tanda tanya besar di kepalamu. Kukira
kamu akan mengejarnya, tapi tidak. Kamu hanya mematung sambil duduk tenang
dengan kepalamu yang menunduk.
Ia bukan wanita pertama
yang melakukan hal ini padamu. Entahlah. Aku bingung denganmu. Tak ada percikan
api di matamu. Hanya ada mata sayu dan senyum tipis di bibirmu. Aku memang
sudah kebal melihat ekspresi wajahmu yang itu-itu saja, tapi tidakkah kamu
merasa sakit walaupun sedikit?
Kamu belum sadar bahwa dirimu begitu berharga. Setidaknya
untukku. Aku geram melihatmu di buat bak mainan oleh mereka. Aku penat melihat
usahamu yang tak di indahkan sedikitpun. Aku muak melihat senyum getirmu
menahan sakit. Dan aku mulai lelah menjadi pengamatmu dari jauh.
Sekarang, biarkan aku
menjadi pengobat hatimu. Biar kutunjukkan bagaimana rasanya dicintai dengan
tulus. Akan kubagi rasa bahagiaku denganmu lantas menyayangimu sepenuh hatiku.
Karena kamu terlalu berharga.
Dari wanita yang ingin memanjakanmu
dalam pelukannya..
Hi Sinar, kenapa pindah rumah? heheh :)
BalasHapusTak tunggu terbitan tulisan di WP kok nggak muncul, eh pindah toh.
Nice post btw :)
Halo, Kak. Hehe sudah nggak betah disana kak jadi pindah kemari. Thankyou yaa :)
BalasHapus