Sabtu, 12 Desember 2015

Dia Penggantimu

“Bukan hanya kamu pemiik tangan hangat itu”

        Kukira aku sudah melupakanmu. Nyatanya kamu masih lalu lalang di pikiranku. Kupikir aku sudah tak membutuhkanmu. Nyatanya aku masih mencarimu. Kurasa aku sudah merelakanmu. Nyatanya aku masih memimpikanmu. Kamu.. Semuanya tentang kamu.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Hubungan kita bahkan sudah lama berakhir. Aku dengan jalanku. Kamu dengan jalanmu. Aku menyibukkan diri dan lambat laun aku mulai melupakanmu. Ya, begitulah yang semestinya terjadi jika saja hari ini tak kudapati kenangan kita lagi.

        Aku memang tidak berniat melupakanmu. Aku tak ingin melupakanmu yang sempat membuatku tertawa keras dan menangis sendu di waktu yang sama. Aku hanya ingin merelakanmu. Begitu pula dengan memori indah yang masih melekat di dalam ingatanku. Biarkan mereka disana. Biarkan mereka menghiasi celah-celah anganku yang masih kosong.
Tapi semuanya tak berlangsung lama. Sekarang, kamu hanyalah oase di tengah gurun. Kamu hanya fatamorgana cintaku yang entah sudah berapa lama terlupakan. Kamu muncul tenggelam begitu saja dan kian hari kian memudar.

Aku masih berenang dalam kubangan masa lalu ketika jemari hangat menyentuh tanganku yang dingin dan membawaku kembali ke dunia nyata. Dulu kamulah pemilik tangan hangat itu, namun seseorang berhasil mematahkan rekormu. Ia tersenyum kecil padaku. Senyumnya tulus layaknya senyummu dulu. Matanya menatapku dalam seperti yang kamu lakukan dulu. Ia menggenggam tanganku lebih erat dari yang kamu lakukan dulu.
Seketika otakku membeku dan senyum terukir di bibirku. Aku takkan mengulangi kesalahan yang pernah kubuat padanya. Ia masih menatapku dalam seakan ia tahu apa yang sedang kupikirkan. Genggamannya kian erat namun sorot matanya yang tulus dan berbinar tak pernah berubah sejak awal.

        Kukira tak ada yang bisa menggantikanmu hingga ia datang di tengah kebingungan hatiku untuk merelakanmu. Ia datang dengan halo, tidak sepertimu yang datang tanpa halo dan pergi tanpa selamat tinggal. Dan kuharap dia takkan pernah mengucapkan selamat tinggal untukku.

Teruntuk,

Si tangan hangat setahun silam