“Kamu
pergi. Bahkan, sebelum ku utarakan isi hatiku padamu”.
Malam ini
kamu pergi. Kamu pergi meninggalkan aku beserta bingkisan berisi harapan tak
sampai yang kamu beri secara cuma-cuma padaku. Bodohnya, aku menerima hadiahmu.
Aku bahkan menerimanya dengan air mata yang setengah kering.
Hatiku
teriris pilu.
Saat aku
berbalik, kamu masih disana. Kupikir kamu sudah pergi. Tapi tidak. Kamu berdiri
disana dengan senyum maskulinmu. Sekali lagi, kamu menaklukanku dengan satu
tatapan hangatmu. Jika saja aku gila, aku pasti akan berlari ke arahmu lantas
memelukmu erat sebelum kamu pergi. Ya, untung saja aku tidak gila.
Perasaanku kacau balau. Tidak ada kata
yang tepat untuk menjelaskannya. Terlebih saat punggungmu menghilang di balik
keramaian. Aku seakan buta. Aku seakan bisu. Aku seakan tuli.
Dimana
kamu?
Sudahkah
kamu tiba dengan selamat?
Akankah
kamu melupakanku?
Tidakkah
kamu merindukanku?
Kamu
meninggalkanku dengan beribu pertanyaan yang tak akan pernah terjawab.
Sayang, dulu kamu datang tanpa halo dan
sekarang pergi tanpa selamat tinggal. Tidakkah kamu pikir betapa sakitnya hati
yang kamu tinggalkan?
Ya, aku
memang tidak pernah mengungkapkan perasaanku. Tak satupun yang tahu. Tak
satupun seseorang yang mengerti bagaimana rumitnya rasaku terhadapmu. Bahkan
kamu sekalipun.
Kamu
curang. Kamu datang dan membuaiku dalam pesonamu, membuatku lupa akan jalan
pulang dan caranya kembali ke dunia nyata. Lantas kamu pergi tanpa sepatah
katapun seolah aku dan kamu tidak pernah mengenal satu sama lain.
Sekali lagi, malam ini kamu telah resmi
pergi. Kamu pergi bahkan sebelum ku utarakan isi hatiku padamu. Kamu pergi
bahkan sebelum kamu tahu bagaimana pedulinya aku padamu. Kamu pergi bahkan
sebelum aku sempat merengkuhmu dalam diam. Kamu pergi bahkan sebelum aku dan
kamu berubah menjadi “Kita”.
Untukmu
yang datang tanpa halo
dan pergi
tanpa selamat tinggal..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar