Kamis, 06 Agustus 2015

Ku akui Kucinta

“Kamu pergi. Bahkan, sebelum ku utarakan isi hatiku padamu”.

       Malam ini kamu pergi. Kamu pergi meninggalkan aku beserta bingkisan berisi harapan tak sampai yang kamu beri secara cuma-cuma padaku. Bodohnya, aku menerima hadiahmu. Aku bahkan menerimanya dengan air mata yang setengah kering.

Hatiku teriris pilu.

Saat aku berbalik, kamu masih disana. Kupikir kamu sudah pergi. Tapi tidak. Kamu berdiri disana dengan senyum maskulinmu. Sekali lagi, kamu menaklukanku dengan satu tatapan hangatmu. Jika saja aku gila, aku pasti akan berlari ke arahmu lantas memelukmu erat sebelum kamu pergi. Ya, untung saja aku tidak gila.

        Perasaanku kacau balau. Tidak ada kata yang tepat untuk menjelaskannya. Terlebih saat punggungmu menghilang di balik keramaian. Aku seakan buta. Aku seakan bisu. Aku seakan tuli.
Dimana kamu?
Sudahkah kamu tiba dengan selamat?
Akankah kamu melupakanku?
Tidakkah kamu merindukanku?
Kamu meninggalkanku dengan beribu pertanyaan yang tak akan pernah terjawab.

        Sayang, dulu kamu datang tanpa halo dan sekarang pergi tanpa selamat tinggal. Tidakkah kamu pikir betapa sakitnya hati yang kamu tinggalkan?
Ya, aku memang tidak pernah mengungkapkan perasaanku. Tak satupun yang tahu. Tak satupun seseorang yang mengerti bagaimana rumitnya rasaku terhadapmu. Bahkan kamu sekalipun.
Kamu curang. Kamu datang dan membuaiku dalam pesonamu, membuatku lupa akan jalan pulang dan caranya kembali ke dunia nyata. Lantas kamu pergi tanpa sepatah katapun seolah aku dan kamu tidak pernah mengenal satu sama lain.

        Sekali lagi, malam ini kamu telah resmi pergi. Kamu pergi bahkan sebelum ku utarakan isi hatiku padamu. Kamu pergi bahkan sebelum kamu tahu bagaimana pedulinya aku padamu. Kamu pergi bahkan sebelum aku sempat merengkuhmu dalam diam. Kamu pergi bahkan sebelum aku dan kamu berubah menjadi “Kita”.

Untukmu yang datang tanpa halo

dan pergi tanpa selamat tinggal..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar