“Ada waktunya untuk bertemu dan
berpisah. Ketika aku menemukanku, kutahu bahwa suatu saat kita akan terpisah”.
Benar apa kata orang bahwa “Dimana ada pertemuan, disana ada perpisahan”. Aku sama sekali tak
dapat memungkiri hukum rimba itu. Jika kamu tanya bagaimana rasanya, sungguh
aku tidak bisa memberimu jawaban. Aku terlalu sakit, rapuh, hancur dan kecewa. Aku
tidak pernah menyiapkan skenario perpisahan di benakku. Ya, Tuhan memang adil
dalam menyusun rencana. Ia pertemukan kita di dalam romansa cinta yang begitu
syahdu lantas di pisahkan-Nya kita dalam sebuah cerita cinta sendu tak
berujung.
Kamu mungkin mulai
bertanya-tanya mengapa aku tak pernah menanyakan kabarmu setelah kita saling
berpisah. Atau mungkin kamu mulai gelisah dengan keadaanku yang bisa bernafas
tanpamu. Ketahuilah, Sayang, bahwa aku baik-baik saja. Aku masih bisa
tersenyum, tertawa, bahkan paru-paruku masih bekerja dengan sempurna. Sungguh,
kabarku selalu baik. Aku menikmati kehidupanku yang mandiri tanpamu. Aku
merealisasikan hal baik yang kamu berikan padaku. Perlahan aku kembali menjadi
diriku seutuhnya meski kutahu takkan pernah sempurna tanpa dirimu.
Ah, mungkin tulisan ini terlihat begitu menyedihkan. Kamu
harus tahu, aku menulisnya agar kamu mengerti bahwa aku dapat melanjutkan
impianku tanpamu. Bukan karena aku bahagia dengan kenyataan ini. Bukan pula
karena aku senang saat kamu tak lagi bersamaku. Hanya orang bodoh yang tertawa
saat cintanya berlalu begitu saja.
Sayang, aku ingin di pandang
sebagai gadis kuat di matamu dan di mata orang lain. Aku ingin di lihat sebagai
gadis tegar di mata semua orang. Aku tak ingin membiarkan keterpurukan
menyengsarakan batinku. Walau hatiku kadang merintih kesakitan, tapi kutahu
kamu ada sebagai obat penyembuhku. Kamu selalu ada di dalam pikiranku.
Sekali
lagi kutegaskan, dimana ada pertemuan, disana ada perpisahan. Sama halnya
dengan hubungan kita. Hubungan yang kita bangun bersama, berpondasikan mimpi,
berbekal harapan dan usaha serta keinginan untuk mewujudkannya. Tak kusangka
semua yang kita cita-citakan musnah hanya dalam hitungan detik diterpa nestapa
percintaan yang mengenaskan. Membuatku bergidik ngeri tiap kali memori itu
melintas di pikiranku.
Aku yakin bukan hanya aku
yang merasakannya. Kamupun sama. Benar, kan? Kita boleh berpisah berpuluh-puluh
mil jauhnya, tapi ketahuilah bahwa hati kita pernah terikat. Kamu pernah
menuliskan namamu disana. Kamu pernah melukis pelangi indah disana. Dan mungkin
kamu tengah menulis namamu di hati gadis lain sekarang.
Ditulis oleh gadis masa lalumu
yang mandiri sepeninggalanmu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar