“Kusuguhkan kamu secangkir kasih nan
hangat di sambut sepotong cinta yang sempurna”.
Hari ini hujan nampak sangat indah. Tiap tetesannya
kunikmati dengan sendu. Jendela berembun tanda bumi telah basah untuk waktu
yang lama. Namun ada satu yang berbeda hari ini. Ya, kamu.
Kamu nampak sangat
kebingungan di bawah rintik hujan. Payung hitam yang kamu pegang menambah
karisma dirimu. Aku terus memerhatikanmu dari balik jendela. Kamu berjalan ke
kanan, namun kembali ke tempat semula. Kamu berjalan ke kiri, kemudian kembali
seperti semula. Kamu melakukannya berulang kali hingga membuatku tertawa kecil.
Kamu terlalu lucu.
Apa yang kamu cari? Apa
yang kamu tunggu?
Untuk beberapa menit,
kamu berdiri tepat di tengah hujan. Berdiam diri sembari menutup mata seakan mencari
cara untuk kembali pulang. Sedetik kemudian, payung di tanganmu jatuh ke tanah.
Aku terkejut. Kenapa? Apa aku harus menghamburmu keluar dan menarikmu masuk?
Tapi tak kulakukan saat seutas senyum kamu sunggingkan dari bibir tipismu. Aku
makin tak mengerti.
Aku kembali
memerhatikanmu yang kini mulai basah dari kepala sampai kaki. Membiarkan air
hujan menggerayangi tubuhmu. Senyummu tak pernah luntur. Hingga kemudian kamu
mendongak ke arahku dan membuka pelan matamu. Kamu tersenyum untukku.
Saat itu aku baru
mengerti. Kamu berdiri untukku. Menimang-nimang perkataan yang tepat untukku.
Mengumpulkan keberanian untuk berbicara padaku. Tak butuh waktu lama, kamu
sudah membuatku jatuh cinta. Kamu membuat kupu-kupu di perutku terbang
kesana-kemari. Hujan menjadi saksi keberanianmu dan kini aku berdiri tepat di
hadapanmu.
Kamu masih tersenyum. Satu-satunya senyum termanis yang
pernah kulihat. Kulitmu basah bermandikan air hujan. Aku masih bertanya pada
diriku sendiri apa yang harus kulakukan selanjutnya saat kamu sudah mendekapku
dalam diam. Terasa dingin dan hangat di waktu yang bersamaan.
Pikiranku berpusat
padamu. Dengan aroma tubuhmu yang kian memudar, akupun tenggelam dalam cinta
yang kamu berikan. Kini aku dan kamu telah menjadi pasangan bahagia di bawah hujan.
Suasana sendu telah berubah menjadi haru. Kamu terlalu manis untuk
kusia-siakan. Kamu terlalu berarti untuk kutinggalkan. Untuk beberapa alasan,
kamulah lelaki yang selama ini kunanti.
Kita tak saling mengucap
kata untuk waktu yang lama. Hanya deru nafas berpacu kencang dan degupan
jantung yang terdengar. Aku bisa merasakan pelukanmu seketika erat dan saat
itulah kamu berbisik pelan di telingaku. “Selamat
datang, Cinta”.
Untuk lelaki manisku dengan
payung cinta di tangannya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar