“Tuhan memberiku bakat untuk menulis agar aku dapat merangkai kata-kata
indah tentangmu”
Aku percaya bahwa semua orang memiliki bakat. Mereka punya
keahlian di bidang yang berbeda meski banyak di antaranya masih tak mengerti
apa bakat yang mereka miliki. Aku? Haruskah kujawab saat kamu telah melihat
hasil dari bakatku?
Ya, aku suka menulis. Aku
suka menyusun kata demi kata di kepalaku. Merangkainya menjadi sebuah
kalimat-kalimat beruntun. Membuat mereka menjadi bermakna, seperti yang kamu
baca saat ini.
Aku punya banyak objek
yang bisa kutulis. Tapi entah mengapa seluruh objek itu mengarah kepadamu.
Apapun yang kulihat selalu kamu. Apa yang kudengar selalu kamu. Bahkan apa yang
kurasa.. Selalu kamu. Kemudian aku menuangkannya ke tulisan. Aku terlalu takut
untuk mengutarakannya dengan bibirku. Tapi aku tahu, jariku dapat berbuat
lebih.
Mungkin kamu sudah mulai
bosan melihat begitu banyak tulisan-tulisan abstrakku tentangmu. Kamu mulai
merasa muak dengan kegalauan hatiku di setiap tulisan. Tapi apa kamu pernah
peduli? Apa pernah terbesit di pikiranmu bahwa kamulah sumber tulisan itu?
Bahwa kamulah yang membuat jariku menari di atas kertas? Dan kamu jugalah yang
membuat mereka tak henti merangkai frasa anggun?
Aku tidak peduli. Selagi kamu masih terlihat olehku dan
terdengar oleh telingaku, maka aku akan terus menulis kisah cintaku yang malang
ini.
Kapan tulisan ini akan
menjadi tulisan yang indah?
Ya, semua orang
menanyakan hal itu padaku. Jujur, akupun tak tahu pasti. Akankah ini berakhir
bahagia? Atau tulisan-tulisanku hanya berbekas tak berarti?
Jari ini seakan enggan untuk berhenti menari. Mereka
menorehkan goresan-goresan pena di atas secarik kertas. Menuliskan namamu di
setiap barisnya. Seakan berharap untuk kamu balas. Seolah merintih untuk kamu
jamah. Ah.. Betapa bodohnya.
Aku tidak mengerti
mengapa jari ini tak bisa menuliskan nama orang lain dengan baik. Saat kucoba,
nama mereka menjadi pudar. Hilang dimakan usangnya kertas. Rapuh. Tak sama
seperti namamu yang selalu kujaga di setiap lembarnya. Sangat sayang untuk kubuang
mengingat semua lika-liku perjuangan cintaku terhadapmu.
Tapi apakah kertas
bertuliskan namamu ini dapat membuatmu jatuh cinta padaku?
Tolong.. Aku mohon. Untuk
pertama kali, jawab aku. Tolong jawab pertanyaanku. Akankah kamu menoleh padaku?
Ataukah kamu akan memalingkan wajahmu lantas menyobek kertas ini? Apa itu yang
akan kamu lakukan?
Ah.. Sudah cukup sampai disini. Akan kusimpan satu tulisan
lagi untukmu. Akan kubawa pergi bersama cinta sepihakku. Takkan kubiarkan
seorangpun menyentuh kertas dengan namamu ini. Aku berjanji.
Untuk lelaki yang selalu kutulis
namanya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar