“Aku sangat iri dengan mereka yang beruntung lantas mendapatkan
hadiah-hadiah kecil dari prianya”.
Wanita senang saat pria mereka memberikannya sebuah buket mawar
cantik dengan wangi semerbak yang menyeruak ke seluruh penjuru rongga dada.
Wanita juga senang saat pria mereka memberikan mereka bungkusan coklat-coklat
berbentuk hati dengan rasa yang beragam. Membuat lidah mereka merasakan sensasi
romantik dan terhenti di jantung mereka. Wanita juga sangat senang ketika pria
mereka memberikannya sebuah boneka lucu dan berukuran besar. Sebesar cinta pria
mereka. Sebesar kasih sayang pria mereka.
Hal-hal kecil seperti itu
adalah bentuk konkrit yang sering aku lihat akhir-akhir ini. Pria-pria
disekitarku berbondong-bondong membeli hadiah untuk wanita mereka. Pria-pria
itu saling bertukar pikiran dan pendapat. Mencocok-cocokkan kesukaan gadis
mereka.
Tidak. Aku tidak menulis ini karena aku benci hal-hal itu. Aku
menulisnya karena aku sedikit iri. Ya, iri. Kapan kamu akan melakukan hal yang
sama padaku? Maukah kamu melakukannya? Membuktikan rasa sayangmu dengan
bingkisan kecil?
Hari inipun sama saja. Aku melihat pria yang lain datang
dengan seikat mawar merah di balik punggungnya. Berpakaian rapi nan klasik.
Berpenampilan menarik bak Raja yang akan meminang Putri dari kerajaan lain.
Sedang Si gadis nampak menyambut prianya dengan seutas senyum manis disusul
dengan pelukan kecil. Kemudian mereka saling bertukar kasih sayang, tepat di
depan mataku.
Sekali lagi, aku sangat iri.
Sungguh.. Akupun ingin kamu
berikan setangkai bunga. Menyembunyikannya di balik punggungmu lantas
mendaratkan sebuah kecupan kecil di dahiku. Kemudian kamu membisikkan kata-kata
romantis tepat ditelingaku. Membayangkannya saja sudah cukup indah bagiku.
Pasangan demi pasangan nampak sibuk lalu lalang di hadapanku.
Saling bergandengan mesra. Bercanda satu sama lain. Mereka nampak bahagia
dengan tawa kecil yang menyertai kebersamaan mereka. Ya.. Setidaknya aku pernah
merasakan hal itu meski sudah lama sekali. Aku sendiri hampir lupa bagaimana rasanya.
Aku terdiam.
Kulirik mereka yang tengah
memadu kasih. Saling menyunggingkan senyum dan mengganggapku tak ada disekitar
mereka. Mereka acuh. Tak melihatku sedikitpun. Entahlah. Mereka terlalu
tenggelam dalam kebahagian mereka.
Kulihat sekali lagi seikat
mawar merah yang dipegang erat oleh wanita yang beruntung itu. Kupandang
lekat-lekat dan samar-samar kulihat duri kecil di mawar itu. Memang cantik
dilihat sekilas dengan aromanya yang khas. Tapi jika diperhatikan, duri itu
membuatku bergidik ngeri.
Aku takut hubungan mereka
sama seperti sang mawar. Nampak sangat cantik namun juga berduri. Aku takut
sekarang mereka bahagia dan esok mereka terluka. Aku takut saat mawar indah itu
menjadi layu dimakan hari. Aku takut.
Ah.. Tulisan ini makin abstrak saja.
Jadi, kapan kamu akan
memberiku hadiah seperti yang mereka lakukan? Kapan kamu akan bertandang
kerumahku dengan boneka beruang besar di tanganmu? Dan kapan kamu akan memberikanku
sebungkus coklat lengkap dengan bunga? Oh.. Tapi tolong jangan berikan aku
mawar. Aku tak ingin hubungan kita berduri. Berikan aku tulip yang berwarna
halus. Berwarna suci. Bertanda hubungan kita akan sehalus dan sesuci sang
tulip. Bertanda kita akan selalu mengatup seperti kelopaknya yang belum mekar.
Melengkapi satu sama lain. Berpegangan erat apapun yang terjadi. Layaknya
tulip-tulip yang tumbuh bersama di taman khayalanku.
Salam manis,
Gadis Lamamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar