Sabtu, 26 September 2015

Begitu Berharga

“Rugi rasanya mereka menyia-nyiakanmu. Rugi rasanya mereka menelantarkanmu”.

        Kamu adalah salah satu dari ribuan orang yang berharga di bumi. Kamu sangat berharga sehingga aku ingin menjagamu. Dengan fisikmu yang proporsional, ditambah nilai plus dari sikap dan sifatmu yang baik, kamupun kujadikan nominasi lelaki idamanku.
Cinta memang bukan prioritas utamaku, tapi harus ku akui kamulah yang menjadi inspirasiku. Semua hal kutujukan padamu. Sedang apa aku, bersama siapa aku, semuanya kubayangkan bila bersamamu. Kamu menyemangatiku secara tak langsung. Membuat segala yang kukerjakan terasa mudah dan ringan.
Kerap kali aku bertanya, tidak menyesalkah mereka meninggalkanmu? Sedang aku disini sangat ingin bersamamu. Tak rugikah mereka mencampakkanmu? Sedang aku ingin melindungimu. Bagaimana perasaanmu? Tak lelahkah kamu dengan cinta semu dari segelintir wanita abstrak?

        Kamu memang tidak sempurna. Tapi aku tahu kamu mencoba untuk sempurna. Sebagai pengamatmu dari jauh, aku tahu apa saja yang kamu lakukan demi membuat wanitamu bahagia. Kamu berusaha membuat kekasihmu tertawa saat ia kesal padamu. Kamu berusaha meminta maaf dengan tulus saat terjadi kesalahpahaman kecil antara kalian. Kamu berusaha meluangkan waktu di tengah sibuknya harimu saat itu. Tiap perhatian kecilmu membuatku bergidik ketika kubayangkan bahwa akulah wanitamu itu.
Tapi akupun tahu apa yang kamu dapatkan dari usahamu.
Kekasihmu hanya menatapmu heran, geram dan seakan menganggapmu aneh. Ia melihatmu inci demi inci kemudian pergi meninggalkanmu. Aku tahu kamu punya tanda tanya besar di kepalamu. Kukira kamu akan mengejarnya, tapi tidak. Kamu hanya mematung sambil duduk tenang dengan kepalamu yang menunduk.
Ia bukan wanita pertama yang melakukan hal ini padamu. Entahlah. Aku bingung denganmu. Tak ada percikan api di matamu. Hanya ada mata sayu dan senyum tipis di bibirmu. Aku memang sudah kebal melihat ekspresi wajahmu yang itu-itu saja, tapi tidakkah kamu merasa sakit walaupun sedikit?

        Kamu belum sadar bahwa dirimu begitu berharga. Setidaknya untukku. Aku geram melihatmu di buat bak mainan oleh mereka. Aku penat melihat usahamu yang tak di indahkan sedikitpun. Aku muak melihat senyum getirmu menahan sakit. Dan aku mulai lelah menjadi pengamatmu dari jauh.

Sekarang, biarkan aku menjadi pengobat hatimu. Biar kutunjukkan bagaimana rasanya dicintai dengan tulus. Akan kubagi rasa bahagiaku denganmu lantas menyayangimu sepenuh hatiku. Karena kamu terlalu berharga.

Dari wanita yang ingin memanjakanmu
dalam pelukannya..

2 komentar:

  1. Hi Sinar, kenapa pindah rumah? heheh :)
    Tak tunggu terbitan tulisan di WP kok nggak muncul, eh pindah toh.
    Nice post btw :)

    BalasHapus
  2. Halo, Kak. Hehe sudah nggak betah disana kak jadi pindah kemari. Thankyou yaa :)

    BalasHapus